Fenomena Dosen dan Mahasiswa

Terinspirasi ketika melihat beberapa dosen mengajar didepan kelas perkuliahan, ternyata beraneka ragam cara dan metode mengajar dosen tersebut dalam memberikan materi perkuliahan. Dari sekian banyak mahasiswa yang diajar oleh dosen tersebut ternyata sama beranekaragamnya tingkat pemahaman dari mahasiswa tersebut. Saya teringat ketika dalam beberapa sesi pemberian mata kuliah oleh dosen ketika saya bertanya kepada teman sekelas apakah teman saya mengerti tentang materi yang disampaikan dosen tersebut ? dan ternyata beraneka ragam jawabannya, ada yang mengatakan mengerti dan paham, ada juga yang mengatakan sedikit mengerti, dan ada juga yang mengatakan tidak mengerti sama sekali padahal dosen telah mengajar dengan baik dan profesional. Hmm… memang hal ini menjadi fenomena bagi mahasiswa sekarang ini, akan tetapi tidak bisa juga kita men-generalisir atas apa yang terjadi pada mahasiswa bahwa mahasiswa tersebut pintar atau tidak pintar, cerdas atau tidak cerdas dan lain sebagainya.

Timbul pertanyaan dalam diri saya pada saat itu, kenapa ya mahasiswa kok begitu sulitnya memahami apa yang disampaikan oleh dosen padahal dosen tersebut mengajar dengan begitu luwesnya atas materi yang disampaikan. Tapi memang jujur juga ada kalanya saya tidak paham dengan apa yang disampaikan oleh dosen padahal dosen memberikan materi tersebut dengan begitu luwes dan bagusnya dalam memberikan materi, nah lho…. Apa yang terjadi saudara – saudara…? perlu dipelajari dan diteliti nih. Selain permasalahan tersebut juga terkadang dalam proses pemberian nilai terdapat beberapa dosen yang memberikan nilai dengan cara men-generalisir kemampuan mahasiswa, contohnya ketika dosen tersebut memberikan nilai di satu kelas yang berbeda maka dosen tersbut memberikan hampir semua mahasiswa dikelas itu nilai A semua, atau B semua, atau malahan juga C semua. Kasus ini memang terjadi disetiap perguruan tinggi, ketika kejadian ini terjadi pada saya, sayapun mempertanyakan kepada dosen yang bersangkutan kenapa nilainya sama semua, apa memang tidak ada mahasiswa yang lebih cerdas ataupun kemampuannya pas – pasan masa semuanya sama nilainya, hmmm…. Saya sampai tertawa saat itu ketika tahu ada kejadian yang seperti ini.

Dari beberapa contoh permasalahan yang terjadi dalam setiap perkuliahan tersebut, akhirnya saya menemukan beberapa permasalahan yang terjadi kenapa bisa terjadi seperti itu hampir diseluruh dunia perkuliahan di Indonesia meskipun saya hanya membandingkan beberapa sampel perguruan tinggi yang diketahui karena memang terdapat beberapa teman saya yang kuliah disana baik S1 maupun yang S2, diantaranya :

  1. Dosen terkadang sering memberikan materi yang terlalu baku dalam buku referensi yang dipegangnya ataupun slide presentasi materi kuliah yang disampaikan, sehingga tidak berkembang.
  2. Dosen sering mengganggap bahwa mereka adalah yang paling pintar dalam menguasai materi perkuliahan, padahal banyak juga mahasiswa yang lebih menguasai dan memahami terhadap materi yang disampaikan, imbasnya adalah dengan sedikit egois dosen selalu beragumen tidak mau kalah dengan mahasiswa atas pengetahuan yang dimilikinya.
  3. Dosen memberikan materi yang terlalu teoritis, hal ini menjadikan mahasiswa kurang memahami atas apa yang disampaikan, sampai berbusapun dosen bicara tanpa adanya penerapan dalam teori yang disampaikan saya jamin mahasiswa tidak akan mengerti, apabila tidak percaya coba deh lakukan penelitian tentang hal ini saya jamin hasil hipotesanya akan sama dengan pendapat saya.
  4. Banyak dosen menyampaikan materi perkuliahan dengan bahasa yang rumit dan susah dimengerti oleh mahasiswa, harusnya materi itu disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti jangan sampai kita belum tahu apa – apa tentang materi yang disampaikan dosen malahan menyampaikan materi dengan bahasa yang rumit, apalagi dengan memakai istilah- istilah ilmiah supaya terlihat keren dan professional padahal mahasiswanya tidak mengerti, mahasiswa ngangguk – ngangguk tapi tidak tau dan tidak paham atas apa yang disampaikan, hhmm…., apabila tidak percaya silahkan tanyakan kepada mahasiswa yang kita beri  materi kuliah dengan menggunakan metode seperti itu, apakah mereka paham dengan istilah – istilah yang keren itu atau dengan bahasa yang sederhana ? pemakaian istilah perlu tapi harus dijabarkan dengan bahasa yang simple.
  5. Dosen selalu mengatakan dan menekankan “ Anda disini bersaing dan berkompetisi maka anda harus bisa untuk berkompetisi dan bersaing menjadi yang terbaik”. Kata – kata itu memang benar bahwa kita dalam hal apapun menjadi seorang kompetitor, tapi harus dipahami juga bahwa memberikan doktrin ini harus tepat pemberiannya, imbasnya hal ini menjadikan mahasiswa hanya berkonsentrasi kepada sebuah hasil dan nilai akhir bahwa saya nilainya harus A semua, atau saya harus menjadi orang terpintar di kelas dan dikampus. Kalau mahasiswa sudah ter-mainset seperti itu maka saya yakin nantinya mahasiswa itu hanya mencari sebuah kepintaran bukan sebuah kecerdasan memahami dan menerapkan setiap mata kuliah yang diberikan. Saya sendiri salut kepada teman- teman kuliah yang nilainya pas – pasan dengan IPK yang tidak terlalu besar tapi dia berhasil menerapkan pengetahuan di kuliahnya dalam setiap pekerjaan dan akhirnya teman – teman saya ini sudah berhasil menjadi orang dipercaya oleh perusahaan tempat dia bekerja sekarang.
  6. Dosen selalu tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan sebuah argumen sesuai dengan tingkat pengetahuannya, saya kira dosen janganlah takut untuk menerima setiap pendapat yang berbeda dari mahasiswa. Kadang dosen dengan keegoannya karena takut dianggap tidak kompeten sering tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengutarakan pendapat, malahan terkadang dosen tersebut menyalahkan pendapat mahasiswanya yang padahal pendapat mahasiswa itu tadilah yang benar. Harusnya dosen jangan takut kalau pengetahuannya sedikit dibawah mahasiswa, padahal kita sebagai mahasiswa akan merasa takjub kepada dosen yang bersangkutan sudah mengakui kebenaran pendapat mahasiswa dan jangan heran apabila mahasiswa sering mengidolakan dosen tersebut karena menggunakan metode sharing. Ngak percaya…? Silahkan buktikan apabila saya salah, cobalah untuk menanyakan hal tersebut kepada mahasiswa dikelas.
  7. Adanya perbedaan dosen dalam mengajar memberikan materi perkuliahan, hal ini menimbulkan kecemburuan terhadap mahasiswa yang dibedakan. Pembagian kelas berdasarkan kemampuan patokan IP terbesar menurut saya kurang tepat terlebih dengan memampangkan dan memperlihatkanb besar IP yang diperoleh mahasiswa di papan pengumuman, sungguh kalau bapak dan ibu dosen tidak mengetahui bahwa sebenarnya terjadi sebuah tekanan psikologis yang berat bagi mahasiswa yang nilai IPnya pas – pasan, mana bisa mahasiswa berkonsentrasi dalam berkuliah menerima materi tetapi diluar itu tekanan psikologis menjadi hambatannya. Hal ini terbukti dengan sistem perangkingan yang diterapkan hampir semua mahasiswa tersebut prestasinya stagna malahan terjadi penurunan. Dosen tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, miris sekali apa yang dilontarkan oleh mahasiswa ini, mereka pernah mengatakan kata – kata kepada saya “ Kang kita ini adalah orang yang disisihkan, buat apa kita meningkatkan prestasi ditambah lagi dengan adanya perbedaan dosen dalam mengajar, kita juga ingin seperti kelas lain kang, kapan kita  maju kalo kita  gini terus ”, inilah mungkin hal yang tidak bisa dihindari, mungkin dalam hal ini dosen harus mempunyai formula solusi lain yang lebih tepat terhadap permasalahan ini. Jangan sampai terdapat anggapan dengan tujuan supaya mahasiswa itu berpikir untuk lebih baik menggunakan cara ini, tetapi kita melupakan faktor hal ekternal lain selain sebuah nilai dan prestasi. Sebagai patokan apabila tidak percaya, kita lihat saja grafik perbandingan tingkat peningkatan prestasi terhadap kelas yang dipisahkan tadi, saya yakin tetap dan stagna malahan terdapat penurunan, apabila tidak percaya analisis lebih lanjut tentang permasalahan ini dan tanyakan satu persatu kepada mahasiswa yang bersangkutan.
  8. Dosen sering meremehkan kemampuan mahasiswa dan tidak meng-aprecciate (menghargai) hal yang dilakukan mahasiswa sekecil apapun apabila mahasiswa tersebut menemukan solusi hal yang baru dalam mata kuliah tersebut, hal ini terjadi apakah karena memang dosen tersebut pintar atau tidak mau ada orang lain yang lebih baik dari dirinya. Terkadang dosen mengatakan “ Wah… pekerjaan apa ini ? kok buatan anda seperti anak SD “, atau “ Anda mengcopy dari orang lain ya, maaf anda nilainya C ”, hmm… padahal mahasiswa sudah membuat pekerjaan tersebut dengan kerja keras sampai – sampai tidak tidur semalaman. Akhirnya kata – katapun terlontar dari mahasiswa seperti ini “ Dosen teh teu bisa ngabedakeun mana mahasiswa mana dosen ! nagarana ge mahasiswa diajar keneh komo ieu materi anyar, lamun teu nyieun coding anyar paling bisana modifikasi nu tos aya pa, kita teh mahasiswa lain dosen seperti bapa nu S2..” artinya kira – kira seperti ini “ Dosen tuh tidak bisa membedakan mana mahasiswa mana dosen ! namanya juga mahasiswa masih belajar apalagi ini materi baru, kalo tidak bisa membuat koding baru paling juga bisanya memodifikasi yang sudah ada pak, kita itu mahasiswa bukan dosen seperti bapa yang sudah S2..”. Ternyata tidak satu atau dua orang mahasiswa yang berkata seperti itu, kita percaya atau tidak ternyata hampir seluruh mahasiswa yang diberikan materi kuliah itu mengatakan hal yang sama, hal ini tidak bisa dipungkiri meskipun kita mau menepis pendapat ini, silahkan menanyakan langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan, saya jamin hampir semuanya akan mengatakan hal yang sama.

Fakta – fakta terhadap fenomena ini tidak bisa dipungkiri ada disetiap bangku perkuliahan, perguruan tinggi manapun akan mengalami hal yang serupa. Yang harus bisa kita lakukan adalah mencoba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat yang dapat dilakukan dan diterapkan agar tidak terjadi hal – hal yang dikemukkan diatas dengan cara meminimalisirnya. Sinergi antara tujuan kampus dan dosen serta mahasiswa menjadi aspek dalam meraih keberhasilan sistem pendidikan perkuliahan, bermanfaat untuk kampus dan dosen, serta mahasiswa yang dalam hal ini sebagai user kampus untuk mencari pengetahuan. Menurut saya tidaklah akan berhasil sebuah perguruan tinggi apabila hanya berorientasi pada sebuah hasil, contohnya akreditasi A, Standar Internasional, Standar ISO, ataupun kampus rangking terbaik dunia, dan lain sebagainya apabila sinergi antara lembaga, dosen dan mahasiswa serta sistem kultur yang diterapkan tidak adanya sebuah  proses simbiosis mutualisme. Jangan takut untuk mengakui sebuah hal yang baru, saling menghargai, saling mengedepankan peningkatan ilmu pengetahuan bukan mengedepankan keegoisan tidak mau kalah.

Saya teringat dengan kata- kata dosen saya yang sangat saya kagumi bapak Drs.Dady Mulyadi, MM, beliau mengatakan sebenarnya proses pendidikan itu tidak akan berhasil apabila salah satu elemen dari 4 (empat)  faktor keberhasilan pendidikan yaitu Visi Misi kampus, Dosen (pengajar), Mahasiswa, dan Sistem (Kultur) kampus tidak saling mendukung dan saling berseberangan. Kata – kata yang sangat visioner menurut saya meskipun kata – kata itu keluar menurut pribadinya, itulah memang yang harus dilakukan sekarang oleh kebanyakan perguruan tinggi atau kampus di seluruh Indonesia. Sebuah nilai memang menjadi patokan value dalam mendapatkan sebuah pengakuan, tetapi terkadang kita melupakan sebuah proses dan pemahaman akan ilmu yang diterima. Buat apa pintar tapi kalau tidak cerdas, cerdas tanpa berilmu akan salah jalan, tetapi pilihlah cerdas dan berilmu dan saya meyakini betul bahwa itu adalah yang semua orang ingin miliki. Tidak ada yang nomor satu didunia ini, ada orang yang lebih pintar dari kita, ada pula orang yang berada dibawah kita, jadilah orang yang selalu menghargai dan mengayomi terhadap sesama.

Kata Inspiratif yang selalu saya ingat,

Dalam setiap kehidupan terdiri dari beberapa pilihan, setiap pilihan pasti mempunyai resiko yang harus dihadapi, maka siapkanlah diri kita untuk menerima resiko itu, dengan keyakinan dan kerja keras setiap resiko pasti akan bisa kita hadapi. (Drs. Dady Mulyadi, MM – Dosen STMIK Sumedang).

Dengan tidak bermaksud menggurui kepada para dosen yang saya hormati, saya memohon maaf apabila kata – kata saya tidak berkenan tapi memang itulah hal yang tidak bisa kita pungkiri terjadi disekitar kita dunia perkuliahan. Mudah – mudahan menjadi sebuah pembelajaran untuk saya sebagai mantan mahasiswa dan para dosen sebagai agen pembelajaran di dunia kampus dalam meningkatkan mutu pendidikan kita. Saya meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak seluruhnya dosen berprilaku seperti yang telah dikemukakan diatas, setiap dosen pasti sudah melakukan hal yang benar dan profesional dalam memberikan ilmunya kepada mahasiswa di perkuliahan. Sungguh hal yang harus di dihargai dan dibanggakan dan saya sendiripun bangga dengan bapak/ ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada kita semua sebagai mahasiswa. Semoga bapak/ibu semua diberikan ridzki dan balasan yang setimpal oleh Allah SWT atas kebaikan dan ilmu yang telah diberikan, amin….! JAYALAH DOSEN INDONESIA…! KITA BANGGA DENGAN BAPAK / IBU SEMUA.

 

Referensi:

1.    PP NO 19 TAHUN 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

2.   PP No.37 Tahun 2009 tentang Dosen;

3.   UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3 Responses

  1. wah masih ada ya dosen yang kaya gitu…ahahaha..
    klo di bekas kampus saya di bandung (read : DropOut) paling juga ada dosen galak ahahaha…
    tapi tetep demokratis dan menerima pendapat mahasiswa…dan selalu mengoreksi tugas…dan memberikan penjelasan yang lebih jelas lagi mengenai materi tersebut…
    menurut saya, klo mahasiswa nya tetep begok ya ..berarti dari faktor internal mahasiswanya..dari berbagai faktor..

    • Tidak semua dosen kyk gtu kang, yang saya liat cuma membandingkan dari beberapa PT yang kebetulan temen sya kuliah disana. Berbagai metode digunakan dosen dalam mengajar, tapi saya yakin papaun itu dosen mempunyai tujuan yangbaik. Tinggal kita bagaimana menerima atas apa yang dilakukan oleh dosen itu,

  2. wah tap ada juga dosen yg berpenampilan killer… memberi tugas yg sulit pdahal hnya ingin mencari popularitas..

Leave a reply to mantri Cancel reply